Pernahkah Anda merasa sedang ditatap atau diperhatikan oleh beberapa pasang mata? Anda mungkin merasa dimatai-matai oleh seseorang atau sesuatu yang ada di luar jangkauan pandangan Anda.
Sejumlah orang mengaitkan perasaan tersebut dengan fenomena indra keenam atau sixth sense. Benarkah demikian?
Dr Harriet Dempsey-Jones, seorang peneliti pasca-doktoral Ilmu Syaraf Klinis Oxford University, mengatakan itu hanyalah tipuan yang dibuat oleh pikiran kita.
Masalahnya, mekanisme yang mendeteksi mata dan mengalihkan perhatian kita ke indera penglihatan mungkin adalah sesuatu yang berkaitan dengan naluri.
Misalnya, bayi yang berusia dua minggu akan cenderung untuk menatap wajah siapa saja dengan tatapan langsung.
Sebenarnya, struktur mata kita sangat berbeda dari hampir semua spesies. Bagian mata yang mengelilingi pupil (sclera) bentuknya sangat besar dan seluruhnya berwarna putih. Dibuat demikian untuk memudahkan kita membedakan arah tatapan orang lain.
Pada banyak hewan, ukuran pupil hampir menutupi mata, atau sclera hewan itu lebih gelap. Hal ini diduga merupakan adaptasi untuk menyamarkan mata hewan yang secara cerdas menyembunyikan arah tatapan dari calon mangsanya.
Ternyata mata selalu memberi sinyal
Pada dasarnya, mata memberikan sinyal atau kode kepada kita ketika sesuatu yang berarti sedang terjadi. Pengalihan perhatian dari seseorang bisa mengarahkan perhatian kita sejajar dengan tatapan orang lain secara refleks.
Perhatian tinggi terhadap tatapan ini diduga berkembang untuk mendukung interaksi yang bersifat kooperatif antar manusia, dan diduga telah membentuk dasar bagi banyak kemampuan sosial yang lebih kompleks.
Namun gangguan pada proses tatapan normal ada pada beberapa kondisi. Misalnya, seseorang dalam spektrum autistik tidak akan terlalu lama menatap mata orang lain.
Mereka juga bermasalah menyerap informasi dari mata, misalnya emosi atau kehendak orang lain. Selai itu mereka juga kurang bisa menjelaskan apakah orang lain sedang menatap langsung kepada mereka.
Di sisi lain, orang yang sangat cemas secara sosial cenderung menatap mata orang lain lebih lama daripada yang rendah tingkat kecemasannya. Walaupun mereka menampilkan reaksi ketakutan fisiologis lebih banyak ketika ditatap langsung oleh orang lain.
Banyak yang mungkin tidak menyadarinya, tapi tatapan mata mempengaruhi sesuatu yang sangat primitif termasuk reaksi fisiologis kita terhadap orang lain.
Tatapan merupakan bagian besar dalam menentukan dominasi sosial. Dan juga, tatapan langsung membuat seseorang seakan lebih dapat dipercaya dan menarik.
Di bawah sadar, tatapan mata juga mengatur pergantian giliran dalam pembicaraan. Dibandingkan ketika sedang mendengar, seseorang akan lebih fokus tatapannya ketika sedang bicara. Kita pun kadang bertukar tatapan dengan rekan bicara untuk menandakan pergantian antara bicara dan mendengar.
Karena tatapan mata manusia diatur agar mudah dideteksi, maka kita seringkali dengan mudah mengetahui seseorang sedang mengawasi kita.
Misalnya, ketika ada orang duduk tepat di seberang kita dalam sebuah kereta dan sedang melihat kita. Maka kita dapat menentukan arah tatapan bahkan tanpa melihat langsung kepada orang tersebut.
Meskipun begitu, kita hanya bisa mendeteksi tatapan mata orang lain secara cermat dalam lingkup 4 derajat dari pusat titik fiksasi kita. Namun kita dapat menggunakan petunjuk lain untuk mengetahui ketika ada orang melihat kita dalam pandangan periferal (sekeliling).
Kita juga mengandalkan posisi atau gerakan kepala orang lain, seperti berbalik ke arah Anda. Selain itu, kita juga mengandalkan petunjuk pada gerakan kepala atau tubuh ketika orang yang berpotensi menyimak kita sedang ada di tempat gelap atau mengenakan kacamata gelap.
(sumber: dailymail)