Inilah 11 Tempat Terkenal yang Penuh Jasad Manusia dan 'Aroma Kematian' Yang Korang Patut Tau.

Kebanyakan budaya memilih untuk 'menyembunyikan' jasad orang-orang yang telah meninggal, dengan cara menguburkannya di tempat yang telah disediakan, seperti pemakaman umum.
Namun, beberapa tempat di dunia, seperti dikutip dari Live Science.com, Selasa (2/8/2016), kematian justru 'dipamerkan', dengan alasan khusus.

1. Jasad Membatu di Pompeii, Italia
Mulai dari dekorasi gereja penuh belulang para mendiang hingga atraksi wisata, berikut selengkapnya 11 tempat yang dikenal karena dipenuhi jasad manusia.




Erupsi Gunung Vesuvius di Naples, Italia, pada 79 Masehi, mengubur hidup-hidup sebagian besar penduduk di Pompeii -- sebuah kota Romawi Kuno.
Tubuh mereka dengan cepat diselubungi oleh abu vulkanik setebal 6 meter, awan panas, dan bebatuan yang keluar dari kawah gunung.
Bencana dahsyat itu 'mengabadikan' momen-momen terakhir masyarakat Pompeii. Berabad-abad tahun setelah kejadian tersebut, keberadaan mereka ditemukan tanpa sengaja.
Daging tubuh mereka terdekomposisi, semua organ menghilang, yang tertinggal adalah tulang-belulang dengan rongga kosong. Secara harfiah, jasad mereka berubah menjadi 'batu'.
Salah satu penggali Pompeii, Giuseppe Fiorelli, lalu mengembangkan sebuah teknik mengisi kekosongan tersebut, untuk melestarikan jasad para mendiang.
Fiorelli memenuhi kerangka tersebut dengan plaster, kemudian menggali jasad tersebut dan menggantinya dengan sebuah replika.
Pada tahun 2015, para peneliti menggunakan mesin Computed Tomography (CT) untuk memindai bentuk dalam replika tersebut dan menemukan tulang-tulang dan gigi yang utuh.
Kini masyarakat 'abu' Pompeii itu menjadi daya tarik bagi wisatawan dari seluruh dunia untuk datang.

2. Tumpukan Tulang di Baja, Meksiko




Pemakan aneh dan mengerikan ditemukan di situs arkeologi El Conchalito di La Paz Bay di Baja California
Sekitar 57 jasad penduduk yang hidup di lokasi ini -- sekitar 2.300 tahun tahun yang lalu -- ditemukan terkubur dangkal, dilapisi dengan kulit kerang.
Beberapa kerangka bahkan ditemukan masih dalam keadaan utuh, terkubur dalam keadaan terlentang dan meringkuk ke bagian sisi lain makam.
Namun, kebanyakan jasad tersebut ditemukan dalam keadaan terpotong-potong. Seperti tulang pria yang diduga berusia 30-35 tahun yang bagian tulang belakang, pinggul, dan tulang rusuknya dilepas dan diletakkan di depan wajahnya.
"Salah satu tangannya bahkan didorong menembus kepala," tulis Alfonso Rosales Lopez dalam sebuah artikel Pacific Coast Archaeological Society Quarterly.
Ternyata, masyarakat di El Conchalito memiliki tradisi menguburkan mayat secara utuh, lalu menggali kembali kuburan tersebut dan memisahkan kerangka menjadi dua bagian.
"Bagian atas dan bawah tubuh dipisah menjadi dua dengan cara dipotong, dipelintir, atau pun ditarik," kata Alfonso.
Bagian bawah kerangka lalu diletakkan di atas bagian atas tubuh. Kadang, proses pemisahan berjalan dengan mulus. Namun tak jarang bagian yang dipisah malah jadi hancur.
Tradisi itu dilakukan karena masyarakat tersebut percaya, jika prosespostmortem (pemisahan) tersebut tidak dilakukan, mayat akan kembali hidup.

3. Danau Tulang-Belulang, India




Pada tahun 1942, seorang penjaga hutan di Uttarakhand, India, menemukan sebuah danau mengerikan yang dipenuhi dengan sisa-sisa kerangka manusia.
Danau 'Kerangka' Roopkund terletak 5.028 meter di atas permukaan laut di Pegunungan Himalaya. Butuh waktu berhari-hari untuk sampai di tempat tersebut.
Sulitnya akses menuju danau, menimbulkan banyak pertanyaan, seperti apa yang menjadi penyebab tulang belulang tersebut bisa berada di tempat itu.
Pada awalnya, banyak yang menduga kerangka tersebut merupakan jasad orang-orang abad sekarang, yang dibuang ke danau.
Namun, pada 2004, para peneliti dari Atlas Obscura mengklaim tulang-tulang tersebut berasal dari masa 850 Masehi.
Mereka menyatakan, kematian orang-orang tersebut diakibatkan pukulan di kepala dan bahu, tanpa menggunakan senjata tajam.
"Tampaknya mereka adalah peziarah yang tersesat dan terperangkap dalam badai. Tewas akibat hantaman es batu berdiameter 25 sentimeter," kata peneliti Atlas Obscura.

4. Gunung Everest, Himalaya




Puncak tertinggi di dunia, Gunung Everest, telah menelan banyak korban jiwa, sejak pertama kali didaki oleh para pencinta alam.
Cuaca dingin yang ekstrem, longsor salju, tingkat kecuraman, dan jurang dalam di setiap sisinya, membuat gunung itu sangat berbahaya dan mematikan.
Hal itu pulalah yang menjadi faktor sulitnya mengevakuasi jasad para pendaki yang tewas saat menuju puncak.
Sekitar 200 jenazah tergeletak di ketinggian 8.848 meter itu, dengan sebagian lainnya berada di pinggiran jalur populer menuju puncak gunung.
Beberapa jasad bahkan menghilang tanpa jejak. Diduga akibat tertelan longsor salju atau masuk ke dalam jurang curam.
Asosiasi China yang mengelola lereng utara, jika memungkinkan, akan memindahkan mayat-mayat tersebut dan menguburkan mereka.

5. Mumi 'Asap' di Papua Nugini




Di Desa Koke, Aseki, Papua Nugini, masyarakat memiliki tradisi untuk tidak menguburkan mayat.
Jasad orang mati di desa tersebut dijadikan mumi, dengan cara dibakar menggunakan api kecil. Pembakaran tersebut berlangsung selama 30 hari, lalu mumi tersebut diolesi tanah liat merah.
Hal tersebut dilakukan untuk menghalangi pembusukan dan bakteri, mengawetkan mayat tersebut selama beberapa generasi. Mumi 'asap' tersebut lalu disandarkan si tebing.
Masyarakat Koke percaya, roh akan berkeliaran dan menyebabkan bencana jika tidak diawetkan.
Pada 2008, seorang antropolog Barat bahkan ikut serta menempatkan mumi kepala suku yang meninggal pada 1950-an.
Penduduk desa juga sering curhat dan meminta nasehat kepada mumi-mumi tersebut.

6. Kuburan Bawah Tanah (Katakombe) Paris




Katakombe atau kuburan bawah tanah Paris, merupakan sebuah terowongan labirin yang dipenuhi dengan jutaan tulang-belulang manusia.
Kerangka manusia itu dipindahkan oleh pemerintah ke tempat tersebut, sejak tahun 1700-an dan berlangsung hingga 1859.
Menurut pernyataan pengurus Museum Carnavalet Paris, korban pembantaian pada masa revolusi Prancis dikuburkan langsung di tempat itu.
Salah satu tokoh terkenal yang kerangkanya juga berada di tempat itu adalah, Maximilien Robespierre, seorang politisi yang berperan dalam revolusi. Ia tewas dieksekusi pada 1974.

7. Tulang Dekorasi Gereja, Roma




Berbeda dengan gereja pada umumnya, tempat sembahyang di Roma, Capuchin Crypt, memiliki tampilan yang mengerikan.
Tempat-tempat tersebut dibuat oleh biarawan Capuchin dari tahun 1600-an, diisi menggunakan tulang pendeta lainnya yang meninggal pada awal 1528.
Mereka membuat rangkaian kematian dengan menguburkan yang baru meninggal, dan menggunakan tulang 'lama' untuk mendekorasi ruangan.
Gereja tersebut memiliki lima ruangan yang dihiasi dengan lebih dari 3.700 tulang-belulang biarawan.
Di dalam satu ruangan, kerangka tersebut bahkan membentuk gambar ketika Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Ada ruangan khusus untuk tengkorak, sedangkan yang lainnya berisi tulang paha dan lengan.
Ruangan terakhir menunjukkan kerangka memegang sabit dan skala, yang diartikan sebagai simbol penghakiman ilahi.

8. Memori Kematian, Polandia




Gereja St. Bartholomew di Czermna, Polandia, juga dikenal dengan nama lain 'gereja tengkorak', dibangun pada Abad ke-18.
Walaupun tampilan luarnya tampak biasa saja, di dalam dan bawah tanah gereja, terdapat setidaknya tulang dari 24 ribu orang yang meninggal akibat wabah dan perang.
Kerangka tersebut merupakan hasil dari perang 30 tahun, perang Selesian I, II, dan III, beberapa pertempuran lokal, serta epidemi kolera.
Menurut Atlas Obscura, sekitar 3 ribu tengkorak dan tulang bersilang digunakan untuk menghiasi bagian dalam gereja, sementara kerangka lainnya ditumpuk di ruang bawah tanah.

9. Kuburan Tebing, China




Di daerah pegunungan selatan China, masyarakat Bo mengembangkan tradisi pemakaman yang unik dan aneh. Alih-alih menguburkan mayat di dalam tanah, mereka malah menggantung jasad orang meninggal tersebut di tebing, dengan sebuah peti.
Sampai sekitar 400 tahun yang lalu, penduduk Bo di Gongxian, Sichuan tersebut, membuat sendiri peti mati dari batang kayu, lalu digantung vertikal.
Tidak hanya ditemukan di Gongxian, peti gantung tersebut juga ditemukan di Hubei, yang menurut para peneliti berasal dari peradaban 1.200 tahun yang lalu.
Sedikit yang diketahui tentang masyarakat Bo. Namun, pada 1991 sebuah jurnal penelitian menyatakan, penduduk tersebut merupakan orang-orang yang memiliki tradisi untuk mengenakan baju tebal di musim panas dan tipis di musim dingin.

10. Zona Perang Kuno, Tollense, Jerman




Lembah di timur laut pedesaan Tollense, Jerman, menyimpan sisa-sisa masa lalu yang kelam dan berdarah. Hal tersebut pertama kali terungkap pada 1996, ketika seorang arkeolog amatir menemukan sebuah tulang lengan yang ditusuk batu panah.
Sejak saat itu para peneliti terus menemukan banyak kerangka dalam kondisi 'babak belur', termasuk tengkorak retak dan banyak senjata seperti senjata kayu, palu, dan panah batu.
Sejauh ini, setidaknya mereka dapat menemukan 100 kerangka, kebanyakan pria. Para arkeolog menaksir, sekitar 1230 SM, terjadi peperangan dahsyat yang membunuh setidaknya 100 orang.
Kerusakan yang ditemukan pada tengkorak menunjukkan bahwa beberapa dari pria tersebut merupakan petarung profesional.
Hal tersebut dilihat dari adanya bekas luka yang telah sembuh pada tengkorak.

11. Danau Natron di Tanzania




Jika Anda berkunjung ke danau Natron yang terletak di Tanzania, tidak ada kerangka ataupun mayat yang dapat ditemukan. Namun, permukaan air yang tenang ini memberikan aura mengerikan dan menakutkan
Kandungan pH yang tajam dan sengit, sekitar 10.5, membuat Danau Natron dapat mengawetkan jasad binatang ataupun manusia yang mati di tempat itu.
Hal tersebut membuat, pinggiran danau dipenuhi dengan mumi yang mengapung di perairannya.
Reaksi kimia aneh yang dihasilkan oleh danau tersebut diakibatkan oleh kandungan natrium karbonat -- mineral yang digunakan untuk pembuatan mumi Mesir kuno -- di daratan di sekitarnya.

Sumber: http://global.liputan6.com/